Minggu, 27 Desember 2009

Profesi pendidikan

Makalah Profesi Kependidikan


Permasalahan Pendidikan










Disusun oleh :

1. Desti Indriyani (06320021)
2. Ety Sukma Kristanti (06320037)
3. Lia Fatmawati (06320061)
4. Nesya Dyla Febriana (06320073)
5. Nor Angga Fitria. A (06320077)





FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
IKIP PGRI SEMARANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN


I. Latar Belakang
Pengertian masalah seringkali dikacaukan dengan istilah kesulitan, kendala atau hambatan, isu, kebutuhan dan istilah-istilah lainnya. Akibatnya, kita sering mengalami kebingungan apabila sedang menghadapi pilihan mana yang disebut dengan masalah dan mana yang bukan masalah. Menurut Barry F. Anderson (1989:1) dan Roger Kaufman (1987:11) masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara apa yang senyatanya terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengertian ini, maka pembahasan tentang masalah adalah sangat bergantung pada dan dalam latar (setting) apa pembicaraan itu berlangsung. Dengan kata lain, arah pembahasan itu harus bersifat spesifik dan menunjukkan objek yang dibahas secara langsung.
Masalah-masalah yang terjadi di dalam dunia pendidikan adalah sangat kompleks, rumit, bermatra ganda, dan kait-mengait antara masalah satu dengan masalah lainnya. Sebab munculnya satu masalah akan diikuti oleh munculnya masalah lainnya, dan bahkan seringkali munculnya masalah saling bersamaan. Secara makro, beberapa masalah pendidikan yang dapat diidentifikasikan yaitu mengenai pemerataan pendidikan, kualitas pendidika, efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan dengan kebutuhanpembangunan (Wardiman Djojonegoro, 1993:11-13).

II. Permasalahan
a. Jenis-jenis permasalahan dalam dunia pendidikan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi muncul / berkembangnya masalah pendidikan.
c. Pemecahan dalam menghadapi masalah pendidikan.

III. Tujuan
a. Untuk mengetahui jenis-jenis permasalahan dalam dunia pendidikan.
b. Untuk mengetahiu factor-faktor yang mempengaruhi muncul / berkembangnya masalah pendidikan.
c. Mengetahui cara pemecahan masalah dalam dunia pendidikan.








BAB II
ISI

Permasalahan yang dihadapi organisasi professional keguruan dewasa ini, secara umum tertera pada pernyataan Nusyirwan Hamzah (1992) bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh ikatan profesi terhadap para anggotanya adalah obyektif dan general. Ia ditetapkan seragam pada semua anggota berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Namun tingkat profesionalisme para professional anggota ikatan profesi tidaklah sama : ada yang profesionalismenya lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Munculnya variasi tingkat profesionalisme anggota profesi tergantung pada suatu kondisi, yaitu dari intensitas individu dalam menyerap nilai profesionalisme tersebut dengan demikian variabel yang bermain disini adalah tingkat keterlibatan individu dalam kegiatan ikatan profesi.
Atas dasar pengertian yang tertera dalam pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum permasalahan yang dihadapi organisasi professional keguruan dewasa ini adalah, bagaimana meningkatkan kadar profesionalisme yang lebih tinggi pada anggotanya, serta bagaimana peningkatan kadar keterlibatan anggotanya dalam kegiatan ikatan profesi.

 Berbagai Masalah Yang Dihadapi
Menangani masalah pendidikan diibaratkan seperti menangani masalah banjir. Semua pihak inginnya ikut terlibat. Penangan meledaknya arus murid baru misalnya, atau penurunan peserta UMPTN misalnya, semua pihak mengemukakan argumentasinya dalam masalah tersebut. Padahal sebagaimana disebutkan terdahulu, bahwa penanganan masalah pendidikan seharusnya ditangani oleh mereka yang memiliki kewenangan dan kemampuan. Meski demikian, pemerintah tidak henti-hentinya melakukan berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya ini beberapa kendala yang dihadapi adalah :
a. Kurang maksimalnya daya dukung kalangan tenaga kependidikan itu sendiri. Ini akibat sangat beragamnya latar belakang basis pendidikan tenaga kependidikan, baik dilihat dari segi jenis maupun tingkatnya.
b. Kurangnya sarana san prasarana yang tersedia, yang dapat mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya sarana dan prasarana yang tersedia di lembaga-lembaga pendidikan dewasa ini adalah sarana dan prasarana yang bersifat manual dan sangat sederhana, bahkan mungkin sudah tertinggal.
c. Terbatasnya anggaran pendidikan, yang sampai dewasa ini, anggaran pendidikan secara keseluruhan hanya berkisar antara 3% - 4% dari seluruh anggaran belanja negara (APBN). Keterbatasan ini pada gilirannya akan membetasi pula perwujudan kreativitas tenaga kependidikan.
d. Masih kurangnya daya dukung masyarakat dalam ikut berpartisipasi membiayai penyelenggaraan pendidikan, meskipun secara konstitusional disebutkan bahwa tanggung jawab pendidikan berada pada orang tua, masyarakat dan negara. Tetapi dalam hal membiayai pendidikan justru tanggung jawab pertama berada pada pihak pemerintah.
e. Standarisasi mutu pendidikan yang sangat beragam, baik dilihat dari wilayah, jenis, jenjang maupun status kelembagaan. Ini berakibat tidak terstandarnya prestasi hasil belajar. Suatu sekolah swasta di daerah misalnya, prestasi belajar maupun prestasi kelembagaan akan selalu berada di bawah prestasi yang dicapai oleh sekolah-sekolah di Ibu Kota. Akibat lebih jauh, sekolah-sekolah di daerah akan selalu tertinggal dalam berpacu mengejar prestasi dan kesempatan.
Dari berbagai masalah tersebut nyatalah, bahwa sebenarnya profesi kependidikan sangat diperlukan dalam mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan. Justru dengan hambatan-hambatan tersebut, semestinya mendorong kalangan profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan keprofesionalannya dan meningkatkan kualitas unjuk kerjanya.

 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan
Selain kendala-kendala di atas, ada empat factor penting yang menjadi sumber masalah pokok pendidikan. Keempat faktor itu adalah :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Pertumbuhan penduduk.
c. Aspirasi masyarakat akan pendidikan.
d. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.

 Permasalahan Pendidikan Aktual di Lapangan
Wardiman Djojonegoro (1993:7) menyatakan bahwa permasalahan pendidikan yang menonjol selama Pembangunan Jangka Panjang I dan yang mempunyai implikasi pada pengembangan kebijakan pendidikan dalam Pelita VI sebagai awal PJP II adalah sebagai berikut :
a. Belum semua program pendidikan berorientasi kepada kebutuhan pembangunan.
b. Keterbatasan kemampuan ekonomi orang tua siswa untuk membiayai pendidikan anaknya. Di samping itu juga terdapat perbenturan antara kepentingan belajar di sekolah dan mencari nafkah di kalangan anak-anak dari tingkat social ekonomi yang kurang mampu.
c. Keterbatasan dana untuk membiayai seluruh program pendidikan nasional.
d. Tingginya angka “drop out” pada berbagai tingkat pendidikan.
e. Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan dan distribusinya yang belum merata antara daerah dan antar lokasi.
f. Isi kurikulum nasional dan muatan lokal umumnya masih lemah dan belum mampu secara optimal memenuhi kebutuhan peserta didik dan pembangunan, serta masih terdapat kesenjangan antara kurikulum yang tertulis dengan implementasinya di lapangan akibat berbagai kendala sumberdaya.
g. Terdapat kesenjangan dalam jumlah, kualitas, dan distribusi guru/tenaga kependidikan pada jenis, dan jenjang pendidikan.
h. Pada jenjang pendidikan tinggi, masih terdapat keragaman kualitas yang luas antara perguruan tinggi menurut lokasi geografisnya (kota besar, kota kecil, Jawa dan luar Jawa) dan status (negeri dan swasta).

Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, Depdikbud mengambil strategi dasar implementasi pembangunan pendidikan pada Pelita VI dengan mendasarkan diri pada pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, dan efisiensi sebagai berikut :
1. Pemerataan Kesempatan
a. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun melalui jalur sekolah dan luar sekolah.
b. Peningkatan perhatian kapada populasi khusus (anak dari daerah terpencil, kurang beruntung, cacat dan ber-kemampuan luar biasa).
c. Perluasan investasi untuk infrastruktur dan tenaga kependidikan.
d. Realokasi sumber dan keahlian pendidikan ke daerah-daerah.
e. Desentralisasi/dekonsentrasi untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pendidikan di daerah dan mendorong kemandirian, prakarsa dan kreativitas.
2. Relevansi
a. Pemenuhan kebutuhan individu peserta didik dan tenaga kerja melalui “cooperative education/dua system”
b. Penguatan program pendidikan kejuruan menengah dan tinggi melalui magang, PPL,, praktik di dunia industri/usaha.
c. Penguatan pendidikan ketrampilan sebagai bagian integral dari kurikulum SLTP.
d. Pentingkatan program ketrmpilan di luar sekolahmelalui Kejar Paket B dan pemanfaatan BLK/KLK bekerjasama dengan Depnaker.
e. Penguatan program pendidikan professional di perguruan tinggi (Diploma dan Poltiteknik).
3. Kualitas
a. Peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, dengan prioritas pada pendidikan dasar dan tinggi.
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
c. Standarisasi dalam penyelenggaraan pendidikan (isi, sarana, prasarana, manajemen, PBM).
d. Kendali mutu pendidikan pada tingkat makro, meso dan mikro, dengan perhatian khusus kepada evaluasi pembelajaran yang menguji kemampuan berfikir dan daya nalar.
e. Penataan system penjurusan di SMA dengan lebih menekankan kepada pilihan berdasarkan minat dan kemampuan.
f. Peningkatan pendidikan jasmani untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
g. Meningkatkan jumlah populasi mahasiswa yang mempelajari sains dan teknologi sampai sekitar 25% dari seluruh populasi mahasiswa.
4. Efisiensi
a. Meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi (KIS) di dalam Depdikbud dan antara Depdikbud dengan departemen lain dan para users.
b. Peningkatan profesionalisme meliputi keahlian, cost effectiveness, dan penggunaan secara efektif seluruh sumberdaya pendidikan.
c. Desentralisasi dan dekonsentrasi manajemen nasional pendidikan.
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

































BAB III
PENUTUP


I. Kesimpulan
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi permasalahan pendidikan :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Laju pertumbuhan penduduk.
c. Aspirasi masyarakat akan pendidikan.
d. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.

II. Saran
a. Sebaiknya di setiap sekolah/lembaga kependidikan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.
b. Keprofesionalisme guru/pendidik harus lebih ditingkatkan.
c. Pemerintah harus lebih memperhatikan dunia pendidikan yang ternyata masih banyak tertinggal dengan negara-negara lain.
d. Sebaiknya semua pihak, mulai dari orang tua, pendidik, peserta didik, Depdiknas maupun pemerintah bersama-sama membangun dunia pendidikan, agar segala masalah tersebut dapat teratasi.

0 komentar:

Posting Komentar

di add ya

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

 
WELCOME TO BAMA ANDROID And SOFTWARE