LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI I
FAKTOR PEMBATAS DALAM EKOSISTEM HUTAN
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Praktikum Ekologi I 
Dosen : Ary Susatyo Nugroho, M.Si.
 
Disusun Oleh Kelompok IV
Kelas V A
			1. Dwi Putri Endriani		( 06320029 )
			2. Eti Sukma Kristanti		( 06320039 )
			3. Heri Priadi			( 06320045 )
			4. Nur Wakidah		( 06320085 )
			5. Puji Wahyurini		( 06320089 )
			6. Puji Susilowati		(                  )
			7. Ulfatul Khasanah		( 06320145 )
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2008
FAKTOR PEMBATAS EKOSISTEM DALAM HUTAN
Hari dan Tanggal Pelaksanaan Praktikum : Sabtu, 08 November 2008
	 
A. Diskripsi Umum
	Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan  organisme tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan memiliki dimensi ruang dan waktu yang berarti kondisi lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan ruang dan akan berubah pula sejalan dengan waktu. Organisme hidup akan bereaksi terhadap variasi lingkungan ini, sehungga hubungan yang nyata antara lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan ekosistem tertentu baik berdasarkan ruang maupun waktu.
	Ada dua hukum yang berkenaan dengan faktor lingkungan sebagai faktor pembatas bagi organisme, yaitu Hukum minimum Liebig dan Hukum toleransi Shelford. Hukum minimum liebig menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman akan ditentukan oleh unsur hara esensial yang berada dalam jumlah minimum kritis. Jadi pertumbuhan tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara yang melimpah tetapi ditentukan oleh unsur hara yang jumlahnya paling sedikit. Dengan demikian unsur hara ini dikatakan sebagai faktor pembatas karena dapat membatasi pertumbuhan tanaman.
	Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan, suatu jenis organisme memiliki suatu kondisi minimum dan maksimum yang mampu diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran toleransi dan didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian setiap organisme hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu tempat yang cocok yang dapat diterimanya. Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat bertahan dan disebut dengan daerah yang tidak toleran.
	Meskipun hukum minimum Liebig dan Hukum Toleransi Shelford pada dasarnya benar namun humkum ini masih terlalu kaku, sehingga kedua hukum tersebut digabungkan menjadi konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung pada kondisi-kondisi yang tidak sederhana. Organisme dialam di kontrol tidak hanya oleh suplai materi yang minimum diperlukannya, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaannya kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan merupakan pembatas dalam pertumbuhan dan penyebaran jenis.
	Semua faktor lingkungan dapat bertindak sebagai faktor pembatas bagi suatu organisme, baik secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Beberapa faktor lingkungan yang sering menjadi faktor pembatas bagi organisme adalah;
1.  Cahaya Matahari
	Cahaya matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai pada ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun berlebihan dapat menjadi faktor pembatas bagi ekosistem.
2.  Suhu Udara
	Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun tidak langsung terhadap suatu organisme, Suhu berperan dalam mengontrol proses-proses metabolisme dalam tubuh serta berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya terutama suplai air.Kisaran suhu yang sangat kecil antara minus 200oC  sampai 100oC dibandingkan kisaran suhu ribuan derajad C yang dikenal di alam semesta.
3. Air
	Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air di bumi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada suatu ekosistem pada akhirnya akan menentukan jumlah dan keteragaman organisme yang dapat hidup dalam ekosistem tersebut.
4. Ketinggian Tempat
	Ketinggian suatu tempat diukur mulai dari permukaan air laut. Semakin tinggi suatu tempat, kerenggangan gas-gas udara semakin rendah sehingga suhu udara semakin rendah.
5. Kuat Arus
	Kuat arus dalam suatu perairan sungai sangat menentukan kondisi substrat dasar sungai, suhu air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme untuk mempertahankan posisinya diperairan tersebut. Semakin kuat arus air, semakin berat organisme dalam mempertahankan posisinya.
B.Tujuan Praktikum;
1.	Mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem hutan.
2.	Mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem padang rumput.
C. Paparan Data
No	Faktor Lingkungan	Komponen	Tempat terang	Tempat teduh
1.	Faktor Klimatik	Intensitas cahaya
Temperatur Udara
Kelembapan Udara
Arah Angin
Awan
Debu 
Asap	897
31oC
70 %
-
Berawan (+ + )
-
-	360
27oC
82 %
-
Berawan ( + + + )
-
-
2.	Faktor Edafik	Tekstur tanah
Warna tanah
Porositas
pH
Kadar air tanah
Keberadaan Batu	Lempung berpasir
Kecoklatan
6,2
5,9 %
ada	Lempung
Merah
5,9
6,2 %
ada
3.	Faktor Topografi	Ketinggian Tempat
Kemiringan Lahan
Arah kemiringan Lahan
Kondisi permukaan lahan	
50o
datar	
42o
bergelombang
4.	Faktor Biotik	Tumbuhan Hijau
	Sengon
	Nangka 
	Branchiaria mutica
	Cynodon dactylon
	Panycum brevifolium
	Cyperus kyllinga
	Ageratum conyzoides
	Hyptis capitarta
	Hyptes capitata
	Phylantus amarus
	Lumut
Jamur
	Jamur kuping
	Jamur amanita
Konsumen I
	Semut hitam
	Belalang ranting
	Belalang hijau
Konsumen II
	Burung
	Katak
Konsumen III
	Ular
Dekomposer
	Jamur
	Cacing	
2 pohon
3 pohon
banyak
banyak
sedikit
banyak
banyak
sedikit
sedikit
banyak
sedikit
tidak ada
ada
ada
tidak ada
ada
ada
tidak ada
tidak ada
ada
ada	
1 pohon
4 pohon
banyak
sedikit
sedikit
banyak
sedikit
banyak
banyak
sedikit
banyak
ada
ada
ada
ada
tidak ada
ada
ada
ada
ada
ada
D. Pembahasan
	Intesitas cahaya ekosistem hutan sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai pada ekosistem tersebut sehingga kualitas cahaya merupakan faktor yang vital tetapi juga membatasi keduanya pada tingkat maximum dan minimum. Seperti hal nya pada tanaman sengon yang memiliki intensitas cahaya yang tinggi dari golongan lumut tidak memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Temperatur udara dan kelembaban udara sangat berperan dalam proses-proses metabolisme tubuh serta berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya dalam suplai air seperti lumut dan jamur memerlukan daerah yang lembab untuk mempertahankan hidupnya. Beberapa mahluk terutama yang sedang berada didalam tingkat beristirahat dapat ada dalam suhu sangat rendah dalam waktu yang singkat, sedang beberapa mikroorganisme terutama bakteria dan algadapat hidup dan bereproduksi di suhu yang sangat tinggi.
	Tekstur tanah, warna, serta pH juga dapat dijadikan sebagai faktor pembatas ekosistem hutan. Tekstur tanah menunjukkan sifat halus atau kasarnya butirann-butiran tanah didalamnya terkandung antara pasir ( sand ), debu ( silt ), liat ( clay ). Dalam ekosistem ini tekstur tanahnya lempung berpasir ( Sandy loam ). Secara alami tanah tidak memiliki struktur yang sempurna namun demikian orang menyederhanakannya dalam ide yang sempurna yang dinamakan dengan tanah Ideal. Tanah hutan yang berwarna coklat sampai hitam mudah didapati. Hal ini disebabkan oleh warna tanah yang dipengaruhi oleh kelembapan dan bahan organik yang ada didalamnya.
	pH  tanah di ekosistem ini berkisar antara  4,5 sampai 6,7. Jenis tanaman yang dapat bertahan hidup dan mengalami proses pertumbuhan berkisar pada pH tanah minimum 4,5 sampai 6,7, pH tanah yang netral adalah 7.sedang batas maximum tanaman dapat hidup pada  pH 8,9 karena tingkat kebasaan tinggi dan tidak perlu penggampingan atau kebutuhan kapur.
	Air , Hujan ditentukan sebagian besar ditentukan oleh pola geografi dan pola gerakan-gerakan udara yang besar atau sistem-sistem cuaca. Penyebaran hujan sepanjang tahun merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk organisme-organisme.Pada kasus ini tumbuhan dan hewan harus mampu hidup atau mengatasi periode kekeringan yang panjang  yang pada umumnya curah hujan cenderung tersebar tidak merata dalam musim didaerah tropik dan subtropik sering kali dengan masa-masa kering dan basah yang jelas sehingga apabila tumbuhan atau hewan tidak mampu beradaptasi akan gugur atau mati.
	Keadaan topografi sangat mempengaruhi profil tanah didalam daerah iklim tertentu. Lahan berbukit-bukit atau terutama disalahgunakan oleh manusia cenderung akan merusak lapisan tanah dan tanah cenderung memiliki lapisan A dan B yang tipis oleh erosi. Dilahan yang rata air dapat mencuci bahan-bahan dengan sangat cepat kedalam lapisan yang lebih dalam kadang-kadang membentuk endapan yang tidak dapat tembus oleh akar,binatang, air sehingga tanaman kerdil.
Faktor biotik disini terdapat populsai yang membentuk komunitas biotik dan membentuk ekosistem.
	Rantai makanan di tempat terang pada ekosistem hutan
      Rumput 		→		Belalang
	   ↑					↓
	Pengurai	← 			Burung
	Rantai makanan di tempat teduh pada ekosistem hutan
	Rumput	→		belalang
                  ↑				   ↓
	Pengurai  ←	Ular	←	katak
 E. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pembatas ekosistem hutan adalah;
	Faktor klimatik meliputi intensitas cahaya, temperatur udara, kelembaban udara,.
	Faktor edafik meliputi tekstur tanah, warna tanah, porositas,  pH, Kadar air tanah.
	Faktor topografi meliputi ketinggian tempat,kemiringan lahan, arah kemiringan lahan.
	Mahluk dapat memiliki suatu kisaran toleransi lebar untuk suatu fktor dan suatu kisaran sempit untuk faktor lainnya.
	Mahluk dengan kisaran toleransi lebar untuk semua faktor memiliki agihan paling luas.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Mul: 2004: Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman:Rieneka Cipta: Jakarta.
Odum, Eugene P:1993: Dasar-dasar Ekologi III:UGM Press: Jogjakarta
Rukmana Rahmat, Uu Sugandi saputra: 1999:Gulma dan teknik Pengendalian:Kanisius: Jakarta.
Roesmarkam, Affandie. Nasih Widya Yuwono: 2002: Ilmu Kesuburan Tanah: Kanisius: Jakarta.
Rafi’I, suryatna: 1982: Ilmu Tanah: Angkasa:Bandung.
Soetjipta: 1982: Dasar-dasar Ekologi Hewan: UGM: Jogjakarta.
Nugroho,  Ari Susatyo: 2005: Petunjuk Praktikum Ekologi I: IKIP PGRI Press: Semarang. 
   






 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar
di add ya