Sudah sejak dua tahun lalu saya mempelajari linux, tapi rasanya masih sangat awam terus, mengingat saya memang tidak belajar secara sungguh-sungguh.
Adapun Linux yang saya pelajari pada waktu yang lalu adalah berupa LiveCD dan dengan tampilan yang sudah "manusiawi" (user friendly, karena memang menggunakan mode GUI).
Akhir-akhir ini saya mendapat tugas dari tempat saya bekerja untuk menjadi admin jaringan, kebetulan server menggunakan Linux yang hanya menggunakan Console mode sebagai interfacenya, so saya kepaksa mempelajari kembali Linux console yang memang belum saya pahami sepenuhnya. Tapi ternyata bekerja dengan console malah lebih enak dan tidak banyak memakan waktu loading yang lama seperti halnya pada tampilan GUI, padahal komputer server masih menggunakan Pentium tua lho...
Antara MacOS X dan Linux Console
Baru-baru ini saya memang sedang kena demam ratjoen Mac, ratjoen yang sudah lama bersemayam ditubuh saya kini muncul kembali ke permukaan, saat ini mungkin sudah dalam tahap stadium IV, namun apalah daya, penawarnya sangat sulit untuk saya dapatkan... paling tidak dalam waktu dekat ini.
Beberapa alasan, kenapa saya begitu menyukai Mac :
- Tampilan GUI nya yang penuh animasi namun terkesan teduh, membuat saya langsung kepincut saat pertama kali memandangnya.
- Stabilitas sistem yang lebih baik dibanding OS yang selama ini saya gunakan, membuat saya merasa nyaman ketika terhubung dengan Internet, baik chatting, e-mail dan browsing tanpa takut terkena spyware, spamware dan virus atau trojan dan program-program perusak lainnya.
- Tampilan dan user interface yang intuitif membuat Mac terasa lebih user friendly, lebih mudah digunakan bagi pengguna awam sekalipun.
- Selain itu, pengguna awam yang tidak memiliki background IT tidak harus bingung jika akan menginstal aplikasi software atau hardware. Untuk menginstal software, hanya dibutuhkan beberapa klik dan drag ke folder aplication, begitu juga jika kita akan menguninstal atau menghapus program, tinggal men-drag-nya ke icon trash (tempat sampah).
Ingin pasang hardware baru?, tinggal tancapkan dan langsung jalan tanpa harus menginstal driver..bener-bener plug and play dan bukan plug and pray (tancapkan lalu berdoa semoga hardwarenya bisa jalan dengan baik) seperti yang sering saya alami di OS lain.
Sebenarnya masih banyak kelebihan-kelebihan lain yang dimiliki Mac seperti aplikasi Virtue Desktop, menjadikan kita seakan-akan memiliki lebih dari satu layar dan untuk berpindah ke layar lain ditampilkan dengan aplikasi yang bisa kita pilih, Spotlight adalah aplkasi bawaan MacOS yang sungguh cerdas, untuk menemukan sebuah kata, kalimat atau aplikasi cukup dengan menuliskan bagian hurufnya saja, ada juga QuickSilver, fasilitas pencarian yang serupa dengan Spotlight namun memiliki lebih banyak fungsi yang lebih banyak dan lebih dari sekedar aplikasi pencarian biasa. sementara aplikasi SubthaEdit adalah aplikasi yang menyerupai Notepad namun bisa diisi tulisan secara bersamaan melalui jaringan WiFi secara peer-to-peer dengan pengguna lain, sehingga kita bisa menulis secara bersamaan dan membuat tulisan secara keroyokan, ini berguna bagi kita saat melakukan meeting. Itu hanyalah sebagian kecil aplikasi yang saya tulis disini, sebenarnya masih banyak aplikasi lain yang lebih powerfull dan membuat saya makin keracunan.
Semakin saya melupakan Mac, semakin kuat keinginan saya untuk memilikinya, sebagai penawar sementara, saya mencoba mencari jalan alternatif dengan memasang MacOSX86.org pada PC tua saya, namun ternyata spesifikasi PC saya tidak memenuhi persyaratan minimal yang dibutuhkan, akhirnya sayapun pasrah dengan keadaan saat ini, dimana saya harus menelan pil pahit tiap pagi untuk menahan ratjoen Mac yang sangat dasyat.
Bersamaan dengan itu, dikantor tempat saya bekerja saya mendapat tugas baru untuk melola jaringan, diruang saya terdapat PC tua PIII dengan sistem operasi Linux Knoppix sebagai OS servernya, tamplan xwindowsnya dihilangkan sehingga saya harus menggunakan perintah console untuk mengoperasikannya, benar-benar seperti kembali ke tahun 80-an, dimana semua perintah harus ditulis dengan benar, tapi secara singkat saya bisa menikmati Linux tersebut walau saya harus mengingat semua perintahnya, sungguh sebuah pengalaman baru buat saya, dan saya makin menyadari bahwa ternyata saya sudah jauh tertinggal, karena saya baru mempelajari console menu di Linux, namun tidak ada kata terlambat untuk belajar, tiap hari saya disibukkan dengan mempelajari console menu di Linux, mulai dari chatting dan browsing dilakukan dengan text mode. Untuk chatting saya menggunakan centericq dan untuk browsing saya menggunakan aplikasi lynx, links dan elinks yang membuat saya jadi gak eling-eling sudah berjam-jam di depan komputer karena saking asyiknya...
Lambat laun, ratjoen Mac mulai berkurang walo tidak hilang secara utuh, bagaimana tidak, tiap hari saya chatting dengan orang-orang pengguna Mac dan browsing ke situs-situs yang menampilkan informasi seputar Mac, belum lagi sejak saya terkena ratjoen tersebut saya bergabung dengan milis Mac, secara tidak sadar saya memang meracuni diri sendiri dengan Mac....
0 komentar:
Posting Komentar
di add ya