Sabtu, 14 April 2012

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN STRUKTUR BUNGA

STRUKTUR BUNGA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meskipun struktur dan ontogeni bunga telah banyak diteliti, hingga saat ini para ahli belum sepakat mengenai konsep bunga. Salah satu sebab adalah kurangnya informasi mengenai fosil bunga. Teori yang biasa dianut menganggap bahwa bunga adalah homolog dengan pucuk vegetatif, dan daun bunga homolog dengan daun hijau (phyllom). Konsep yang juga dianut, yakni bahwa macam daun yang ditemukan pada paku, Gymnospermae dan Angiospermae, yang berkembang dari sistem cabang, telah memunculkan dugaan bahwa, dalam suatu evolusi paralel antara daun dan bagian bunga, pemisahan antara keduanya telah terjadi sebelum bentuk daun muncul. Tampak bahwa pada awal pembentukannya, ontogeni dan organisasi jaringan pengangkut pada bagian bunga mirip dengan pada daun hijau. Sebab itu, meskipun ada kasus yang menyimpang, pembahasan berikut mengikuti teori homologi antara pucuk vegetatif dan bunga.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah fosil bunga ?
2. Apa saja organ-ogran penyusun bunga dan fungsi masing-masing organ ?

C. Tujuan
1. Memahami tentang fosil bunga.
2. Mengetahui organ-organ penyusun bunga dan fungsi masing-masing organ.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur bunga, bagian bunga, dan susunannya
Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif (fertil) yang melekat pada sumbu, yakni dasar bunga (reseptakulum). Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai bunga (pedisel).
Again steril dari bunga terdiri atas sejumlah helai daun kelopak (sepal) dan sejumlah helai daun mahkota (petal). Keseluruhan sepal dalam bunga disebut kaliks, dan keseluruhan petal disebut korola. Kaliks dan korola bersama-sama disebut perhiasan bunga (periant). Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan korola, maka setiap helainya disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari/stamen (mikrosporofil) dan daun buah/karpel (megasporofil). Keseluruhan staman disebut andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium. Pada umumnya bunga terdiri dari keempat bagian bunga dan tempatnya berturut-turut dari tepi luar bunga ke bagian tengah kaliks, korola, andresium dan ginesium.
Susunan daun bunga pada reseptakulum bisa mengikuti spiral/tersusun karangan, dan keduanya bisa ditemukan pada bunga yang sama. Bila daun bunga tersusun dalam karangan, maka daun bunga dari karangan yang satu letaknya bergantian dengan daun karangan sebelum dan sesudahnya. Daun bunga dapat saling berlakatan/bebas. Bila pelekatan terjadi pada jenis daun bunga yang sama, peristiwanya disebut kohesi, jika pelekatan terjadi antara dua karangan berbeda disebut adnasi. Stamen terdiri dari tangkai sari (filamen) dan di bagian distal terdapat kepala sari (antera). Pada antera biasanya terdapat dua bagian, masing-masing bercuping dua. Kedua bagian antera bersambungan di tengah dengan penghubung kepala sari (konektivum). Setiap bagian mengandung dua buah kantung sari/kantung polen yang berisi butir tepung sari/butir polen.
Karpel atau sekumpulan karpel yang bersatu menjadi ginisium biasanya terdiri dari 3 bagian, yakni bakal buah dengan bakal biji (ovulum), tangkai putik (stilus), serta kapala putik (stigma) yang strukturnya memudahkan polinasi. Bakal biji melakat pada bagian dinding bakal buah yang disebut plasenta.

Sepal dan Petal
Baik sepal maupun petal menyerupai daun. Pada penampang melintang kedua bagian bunga terdiri dari epidermis abaksial dan adaksial yang membatasi 3 atau 4 atau kadang-kadang hingga 10 lapisan sel isodiametris yang tak terdiferensiasi sel memanjang disertai banyak ruang antar sel. Di dalamnya terdapat berkas pengangkut. Misofil kurang termodifikasi dibandingkan dengan daun hijau, namun bisa pula terdapat idioblas seperti sel berisi kristal atau hypodermis. Sepal biasanya berwarna hijau dan berfotosintesis, sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan pada sepal maupun petal.
Pada tumbuhan yang terpolinasi oleh serangga, fungsi utama korola adalah untuk menarik serangga dan oleh sebab itu merupakan bagian paling luas dan besar dari bunga.
Pada tumbuhan yang dipolinasi oleh angina, korela sering tereduksi atau bahkan tak ada. Warna petal adalah akibat kromoplas yang mengandung karotenoid dan cairan vakuola yang mungkin mengandung flavonoid, terutama ankosianin dan berbagai kondisi pengubah separti pH cairan vakuola. Pada Rudbeckia hirta, dasar petal mengandung glikosida flavonol, yang menyerap cahaya ulta violet dan membuat tempet itu dapat dibedakan sebagai ‘tanda nektar’ bagi serangga pollinator yang sesuai. Pada Brassicaceae, yang juga dipolinasi oleh serangga, bunga menunjukkan berbagai pola pemantulan ultra violet. Pola itu membedakan taksa yang berkarabat dekat dan dapat bernilai diagnostik dalam taksonomi.
Dinding antiklinal dari epidermis petal dapat bergelombang atau beralur internal. Dinding luar dapat berbentuk konveks atau berupa papilla. Pada papilla Tagetes, lapisan kutikula tebal dan membentuk lipatan.
Benang sari
Kebanyakan Angiospermae memiliki kapala sari yang tetrasporangiat, dengan dua ruang sari (lokulus) dalam setiap cuping kapala sehingga jumlah keseluruhannya empat. Pada sejumlah tumbuhan yang anteranya matang, namun sebelum antera memecah (mebuka sendiri) batas antara pasangan lokulus di setiap cuping rusak sehingga antera tetrasporangiat hanya menunjukkan dua lokulus.
Filamen berstruktur sederhana. Padanya terdapat sebuah berkas pengangkut yang bisa bersifat amfikribal di sepanjang filament dan berakhir di konektivum. Pada bunga Rhoeo discolor banya ditemukan rambut filamen.
Dinding antera terdiri dari beberapa lapisan sel yang merupakan turunan sel parietal primer, kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah dalam bidang antiklinal. Dua lapisan yang penting adalah endotesium, tepat di bawah epidermis dan tapetum, yang berbatasan dengan lokulus antera. Sel di antara kedua lapisan itu sering memipih karena tekanan, lalu rusak. Endotesium membentuk penebalan tak rata, terutama di dinding radial dan tangensial dalam. Pengerutan diferensial yang terjadi padanya ketika antera mengering saat matang, memudahkan terjadinya retakan atau celah pada antera untuk membebaskan serbuk sari. Membukanya antera sering dimulai pada celah atau stomium atau stomata yang tak berfungsi. Sel tafetum bersifat sekretori dan penuh sitoplasma padat. Isi sel tapetum diserap oleh butir serbuk sari yang sedang berkembang dalam lokulus sehingga ketika butir serbuk sari matang, biasanya tapetum sudah berdegenerasi. Untuk membebaskan serbuk sari, selain lewat celah atau stomium, tumbuhan dapat memiliki pori di sisi lateral atau ujung cuping antera.
Serbuk sari
Hasil mikrogenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari. Butir tersebut berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat bagian yang kurang kuat yang disebut aperatur, ada yang bulat (pori) dan ada yang memanjang (kolpi). Waktu serbuk sari berkecambah, tabung polen akan muncul melalui aperture, meskipun ada pula serbuk sari yang tanpa aperture. Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama, yakni intin yang lunak di bagian dalam, dan eksin yang keras di sebelah luar. Eksin terbagi lagi menjadi bagian yang tidak berlekuk di sebelah dalam, yakni neksin, dan bagian yang menunjukkan pola lekukan khas di sebelah luar, yakni seksin.
Butir polen sering berperan dalam taksonomi di taraf familia atau di bawahnya. Ukuran dan bentuk polen amat beragam, dan pola lekukannya berbeda-beda, termasuk adanya butiran, kutil, dan duri. Telah ditentukan bahwa pada beberapa familia dengan eksin berlekuk-dalam, seperti Cruciterae, Malvaceae, atau Compositae, lekukan eksin berisi bahan yang berasal dari tapetum dan berperan dalam pengendalian kecocokkan intraspecies. Ketika butir polen dibawa oleh pollinator dari kepala sari ke stigma, terjadi dehidrasi sesudah terjadi rehidrasi. Eksin mengembang dan bahan yang tersimpan dalam eksin dan intin dibebaskan.
Ginesium
Morfologi ginesium serta terminologi mengiringinya masih banyak dipertentangkan. Yang pertama, apakah karpel suatu ‘phyllom’ berstruktur aksial atau organ khusus yang tidak berhubungan dengan bagian lain dari bunga. Kedua, apa makna dari penyatuan congenital (sebelum muncul) dari sejumlah karpel, yang dianggap terjadi jika ginesium tumbuh sebagai satu kesatuan sewaktu ontogeny. Ketiga, yang manakah karpel dalam bunga yang berbekal buah tenggelam (inferus).
Karpel
Pada bunga bisa ditemukan satu helai karpel atau lebih. Jika terdapat dua karpel atau lebih, maka karpel dapat lepas satu dari yang lain (ginesium apokarp, seperti pada bunga mawar) atau karpel berlekatan dengan cara yang bermacam-macam (ginesium sinkarp, seperti pada tomat/papaya). Ginesium berkarpel tunggal digolongkan jenis apokarp.
Dalam pembentukannya menjadi ginesium, karpel dianggap melipat sepanjang tepinya sedemikian rupa sehingga sisi adaksial berada di dalam ruang tertutup, dan tepinya saling melekat. Dianggap bahwa pelipatan terjadi secara konduplikat dengan tepi tetap pipih. Diperkirakan perubahan dalam evolusi menyababkan reduksi daerah tepi. Konsep yang lebih tua mengindikasikan bahwa pelipatan meliputi involusi, yakni pelipatan ke dalam sehingga daerah yang tertutup dilapisi dengan muka abaksial.
Pada ginesium sinkarp, ada dua cara pelekatan karpel. Yang pertama, karpel berlekatan dengan kondisi terlipat dan muka abaksial melekat pada muka abaksial. Di sini terbentuk ginesium beruang dua atau beruang banyak. Yang kedua, pelekatan terjadi dalam kaedaan tak terlipat ayau setengah terlipat dan terbentuk ginesium beruang satu.
Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah yang fertil, yakni bakal buah (ovarium), bagian tengah yang steril, yakni tangkai putik (stilus), dan yang paling ujung adalah kepala putik (stigma).
Bakal buah
Pada bakal buah dibedakan dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal buah beruang banyak terdapat sekat pemisah. Bakal biji (ovarium) terdapat pada daerah dinding bakal buah dalam (adaksial), yang disebut plasenta. Setiap karpel memiliki dua plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan di dekat tepi atau tidak jauh darinya, sehingga dibedakan plasenta marginal (tepi) dan plasenta laminar (agak jauh dari tepi). Plasenta pariental terjadi pada ginesium yang berlekatan karpelnya terjadi secara marginal dan hanya ada satu ruang ginesium. Pada ginesium yang karpelnya terlipat, bakal buahnya beruang dua atau banyak, dan plasentanya aksiler. Jika sekat pemisah hilang, maka dari segi filogeni atau ontogeni, terjadi plasenta di tengah, bebas dari sekat dan dinamakan plasenta sentral bebas.
Oleh karena pada umumnya sehelai karpel memiliki tiga berkas pembuluh, yang juga tampak setelah terjadi pelipatan kala pembentukan ginesium, maka berkas median (tengah, dorsal) dan kedua berkas pembuluh lateral (ventral) dapat diikuti. Selanjutnya teramati juga di daun, bagian floem dari berkas pembuluh ada di sisi abaksial dan xylem di sisi adaksial.
Tangkai Putik dan Kepala Putik
Tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, kea rah distal. Pada ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau tetap terpisah. Stilus dapat berongga atau padat. Pada kebanyakan Angiospermae, stilusnya padat dan jaringan di tengah terspesialisasi menjadi jaringan transmisi, yang memasok zat hara bagi tabung sari yang tumbuh melaluinya. Ujung distal tangkai putik termodifikasi sehingga menghasilkan lingkungan yang baik bagi pengecambahan butir sari. Stigma yang siap menerima butir sari dapat menghasilkan sekret dalam jumlah besar dan disebut stigma basah, yang tidak atau kurang menghasilkan sekret menjadi stigma kering. Butir sari berkecambah dan menghasilkan tabung sari, yang kemudian tumbuh melalui tepi rongga tangkai sari yang dilapisi oleh sel sekresi atau, pada stilus padat, melalui jaringan transmisi. Jaringan dasar stilus bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pembuluh angkut.
Bakal biji dan Kantung embrio
Setiap bakal biji (ovulum) melekat pada dinding ovarium dengan adanya tangkai bakal biji (funikulus) yang mengandung satu berkas pembuluh. Bakal biji terdiri dari jaringan di tengah atau nuselus, dilingkari oleh integumen dalam dan integumen luar. Kedua integumen mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori, disebut mikropil. Daerah nuselus, integumen, dan funikulus berhubungan disebut kalaza, saring terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil di saat fertilisasi. Sebagaimana pada tapetum antera, nuselus biasanya sudah tak ada ketika bakal biji mencapai taraf dewasa, karena telah berdegenerasi.
Pembentukan megaspora melaui peristiwa sel induk megaspore disebut megasporogenesis. Megaspora yang juga disebut kantung embrio akan berkecambah dengan terjadinya mitosis pada intinya yang akhirnya memberikan kantung embrio dewasa yang berinti delapan. Di banyak Angiospermae, kantung embrio matang berisi 8 inti, masing-masing sering memiliki dinding sel. Ketiga sel dekat mikropil adalah sel telur dan dua sel sinergid. Di dekat kalaza terdapat 3 sel antipoda. Dua buah inti di tengah disebut inti polar. Jika keduanya bersatu, jumlah sel dalam kantung embrio menjadi tujuh. Sel antipoda sering berdegenerasi di awal pertumbuhan. Pada senergid biasanya terdapat penebalan dinding yang disebut aparat filiform (seperti benang) yang meluas di bagian sel dekat mikropil.
Nektari
Nektari, larutan yang berisi gula, merupakan hasil sekresi nektar yang paling sering terjadi pada tumbuhan yang diserbuk oleh serangga dan burung. Nektari dapat terdiri atas jaringan khusus yang strukturnya berbeda dari jaringan di dekatnya. Nektari dapat berkembang di seluruh bagian tumbuhan. Nektari yang berhubungan dengan organ disebut nektari bunga, dan yang berkembang di bagian vegetatif tumbuhan disebut nektari ekstrafloral, yang di luar bunga. Dapat ditemukan di berbagai organ misalnya pada tangkai bunga (Passiflora), daun penumpu (Vicia alba), gigi-gigi daun (Ailanthus altissima, Prunus, dan Impatiens) dan di pinggir siatia Euphorbia. Nektari ekstrafloral dianggap secara filogenetik lebih primitif dibandingkan dengan nektari bunga. Sukrosa, glukosa dan fruktosa adalah unsure pokok paling umum ditemukan pada nektar. Selain dari itu ada gula yang lain, getah, asam amino, protein, ion, mineral, vitamin, sukrosa enzim hidrolisis dan asam-asam organic yang juga tercatat ada pada nektar berbagai tumbuhan. Asam menyebabkan pH rendah yang terdapat pada nektar beberapa tumbuhan. Zimmer mann (1954) menemukan transglukosida pada nektar Impatiens. Konsentrasi nektar bervariasi antara 3-87%. Diketahui bahwa keluaran nektar segar, dan sejumlah bahan kering di dalamnya, yang dihasilkan oleh berbagai species dalam waktu 24 jam itu sangat beragam. Berikut ini klasifikasi nektari bunga yang diusulkan berdasarkan lokasinya :

1. Nektari perigonal : Nektari yang berkembang pada perhiasan bunga.
2. Nektari toral : Nektari yang berkembang di dasar bunga.
3. Nektari staminal : Nektari yang berhubungan dengan benag sari.
4. Nektari ovarial : Nektari yang berkembang pada dinding bakal buah.
5. Nektari stilar : Nektari yang berkembang di pangkal tangkai kepala putik.

B. Perkembangan
Setelah tumbuhan mencapai stadium perkembangan reproduktifnya, maka beberapa atau semua meristem apeks pucuk pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk bagian bunga menurut urutan yang khas bagi species yang bersangkutan. Berbeda dengan pembentukan daun, yang meristem apeknya melebar kembali salama satu plastokron, pada bunga, luas meristem apeks lambat laun berkurang sewaktu bagian bunga dibentik secara berurutan. Di kebanyakan bunga, urutan pembentukan daun bunga berlangsung dari luar ke dalam secara karoperal. Namun, ada beberapa taksa yang menunjukkan bahwa beberapa bagian bunga dibentuk dalam arah terbalik, seperti pada stamen beberapa kelompok Palmae. Peristiwa ini sangat khas bagi species yang bersangkutan. Dari pengamatan struktur dewasa, sering sulit menentukan apakah pembentukan stamen itu sentripental atau sentripugal. Pada ginesium sinkarp, karpel dapat menyatu kongential sehingga ginesium dibentuk sebagai struktur tunggal, atau dibentuk secara terpisah. Selanjutnya, karpel dapat terpisah kembali setelah pembuahan dan sebelum penyebaran biji.
Mikrosporogenesis dan Megasporogenesis
Pada antera yang sedang berkembang, mikrosporangium terdiri dari sel sporogen yang ada di dalam rongga kantung polen sejumlah lapisan khusus di sebelah luarnya. Jaringan sporogen juga berasal dari sel parietal primer yang ditemukan pada awal pembentukan antera. Sel sporogen masih dapat bermitosis menghasilkan lebih banyak sel sporogen atau langsung menjadi sel induk mikrospora. Meiosis terjadi dalam sel induk mikrospora, menghasilkan tetrad yang terdiri dari empat sel mikrospora yang haploid. Di stadium ini, mikrospora biasanya berpisah, meskipun pada beberapa familia tetap bertahan sebagai tetrad. Sebelum lepasnya polen dari antera, mikrospora mengalami mitosis, menghasilkan sel vegetatif dan sel generatif. Kadang-kadang, sel generatif membelah, menghasilkan 2 gamet jantan.
Sebagaimana dalam mikrosporogenesis, sel sporogen primer dapat langsung atau melalui beberapa kali mitosis, menjadi sel induk megaspora. Sel itu mengalami meiosis yang terdiri dari dua kali pembelahan berturut-turut, menghasilkan 4 megaspora. Pada mayoritas Angiospermae, satu megaspore menghasilkan kantung embrio dengan mitosis lebih lanjut, sementara 3 megaspora lainnya berdegenarasi.

C. Jaringan Pembuluh
Pada kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap organ berdivergensi dari silinder pembuluh sentral, di taraf yang berbeda-beda dalam bunga. Jumlah berkas pembuluh sepal dan petal amat beragam dalam berbagai bunga, tetapi berkas itu dapat bercabang dikotom seperti pada daun. Pada stamen biasanya hanya ada satu berkas pembuluh, namun beberapa familia memiliki kekhasan jalan daun, yakni brjumlah 3-4 berkas per stamen, separti pada Araceae. Sistem pembuluh pada karpel terbagi menjadi berkas ventral yang berdivergensi ke bakal biji dan berkas karpel dorsal yang masuk ke dalam stilus. Jumlah berkas pembuluh dalam stilus pada ginesium sinkarp sering merupakan indicator jumlah karpel, meskipun kadang-kadang berkas itu bercabang atau bersatu.


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Daun dan batang merupakan unit tunggal yang diistilahkan sebagai pucuk, kita dapat melihat perkembangan dari bunga yang paralel dengan perkembangan vegetatif dan bukanlah berasal daripadanya.
2. Sebuah bunga yang khas mempunyai empat macam organ yaitu sepal, reseptakel, korola dan petal.
3. Di dalam oerhiasan bunga terdapat 2 macam organ reproduksi, yaitu sebelah luar disebut stamen yang bersama-sama membentuk andresium dan sebelah dalam disebut karpel yang membentuk ginesium.
4. Organ-organ bunga yang berkembang biasanya muncul dalam susunan akropetal yang jelas yakni organ-organ yang paling mudah terletak paling dekat dengan apeks.

B. Saran
1. Diharapkan mengetahui dan memahami tentang fosil bunga.
2. Diharapkan memahami tentang organ-organ penyusun bunga beserta masing-masing fungsinya.

0 komentar:

Posting Komentar

di add ya

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

 
WELCOME TO BAMA ANDROID And SOFTWARE